Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah dengan memberikan hadiah. Namun, tahukah Anda bahwa memberikan hadiah secara terus-menerus dapat berdampak negatif pada psikologi anak?
Menurut para ahli, anak-anak yang selalu dijanjikan hadiah cenderung memiliki motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari luar diri anak. Mereka melakukan sesuatu bukan karena mereka menikmatinya atau merasa bangga pada diri mereka sendiri, melainkan karena mereka mengharapkan imbalan. Hal ini dapat menyebabkan anak-anak menjadi malas dan tidak mau berusaha jika tidak ada hadiah yang ditawarkan.
Selain itu, anak-anak yang selalu dijanjikan hadiah juga cenderung memiliki harga diri yang rendah. Mereka merasa bahwa mereka hanya berharga jika mereka bisa mendapatkan hadiah. Hal ini dapat menyebabkan mereka merasa tidak percaya diri dan tidak mampu.
Lalu, bagaimana cara yang tepat untuk memberikan hadiah kepada anak? Para ahli menyarankan agar hadiah diberikan pada saat-saat tertentu, seperti ketika anak berhasil mencapai tujuan atau menunjukkan perilaku yang baik. Hadiah juga harus diberikan dengan tulus dan tidak digunakan sebagai alat untuk mengendalikan anak.
Dengan memberikan hadiah secara bijak, Anda dapat membantu anak Anda mengembangkan motivasi intrinsik, harga diri yang tinggi, dan perilaku yang baik.
Ini Dampak Psikologi Anak Yang Selalu Dijanjikan Hadiah
Setiap orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah dengan memberikan hadiah. Namun, tahukah Anda bahwa memberikan hadiah secara terus-menerus dapat berdampak negatif pada psikologi anak?
- Motivasi Ekstrinsik
- Harga Diri Rendah
- Ketergantungan
- Kurang Kreativitas
- Ekspektasi Tinggi
- Perilaku Materialistik
- Sulit Menghargai Proses
Pemberian hadiah yang berlebihan dapat membuat anak terbiasa mengharapkan imbalan atas setiap tindakan mereka. Hal ini dapat menyebabkan mereka kehilangan motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri. Anak-anak yang terbiasa dijanjikan hadiah juga cenderung memiliki harga diri yang rendah karena mereka merasa hanya berharga jika mereka bisa mendapatkan hadiah. Selain itu, mereka juga bisa menjadi ketergantungan pada hadiah dan sulit untuk menghargai proses.
Motivasi Ekstrinsik
Anak-anak yang selalu dijanjikan hadiah cenderung memiliki motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari luar diri anak. Mereka melakukan sesuatu bukan karena mereka menikmatinya atau merasa bangga pada diri mereka sendiri, melainkan karena mereka mengharapkan imbalan. Hal ini dapat menyebabkan anak-anak menjadi malas dan tidak mau berusaha jika tidak ada hadiah yang ditawarkan.
Contohnya, seorang anak yang selalu dijanjikan hadiah jika mendapat nilai bagus, lama-kelamaan akan belajar hanya untuk mendapatkan hadiah tersebut, bukan karena mereka ingin belajar dan memahami materi pelajaran. Jika suatu saat anak tersebut tidak mendapat hadiah, mereka mungkin akan kehilangan motivasi untuk belajar.
Motivasi ekstrinsik dapat berdampak negatif pada perkembangan anak dalam jangka panjang. Anak-anak yang terbiasa dengan motivasi ekstrinsik akan kesulitan untuk mengembangkan motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri. Hal ini dapat menyebabkan mereka menjadi kurang kreatif, kurang percaya diri, dan lebih sulit untuk mencapai tujuan mereka.
Harga Diri Rendah
Anak-anak yang selalu dijanjikan hadiah juga cenderung memiliki harga diri yang rendah. Mereka merasa bahwa mereka hanya berharga jika mereka bisa mendapatkan hadiah. Hal ini dapat menyebabkan mereka merasa tidak percaya diri dan tidak mampu.
Contohnya, seorang anak yang selalu mendapat hadiah jika berhasil memenangkan lomba, lama-kelamaan akan merasa bahwa mereka hanya berharga jika mereka bisa menang. Jika suatu saat anak tersebut kalah dalam lomba, mereka mungkin akan merasa sangat kecewa dan tidak percaya pada kemampuan diri sendiri.
Harga diri yang rendah dapat berdampak negatif pada perkembangan anak dalam jangka panjang. Anak-anak yang memiliki harga diri rendah cenderung lebih cemas, lebih mudah menyerah, dan lebih sulit untuk mencapai tujuan mereka.
Ketergantungan
Anak-anak yang selalu dijanjikan hadiah juga cenderung menjadi ketergantungan pada hadiah tersebut. Mereka merasa bahwa mereka tidak dapat melakukan sesuatu tanpa imbalan.
- Contoh: Seorang anak yang selalu dijanjikan hadiah jika membereskan kamarnya, lama-kelamaan akan merasa enggan untuk membereskan kamarnya jika tidak ada hadiah yang ditawarkan.
- Dampak: Ketergantungan pada hadiah dapat membuat anak-anak menjadi malas dan tidak mau berusaha jika tidak ada imbalan yang ditawarkan.
Selain ketergantungan, pemberian hadiah yang berlebihan juga dapat berdampak negatif pada aspek psikologi anak lainnya, seperti:
- Kurang Kreativitas
- Ekspektasi Tinggi
- Perilaku Materialistik
- Sulit Menghargai Proses
Dengan memahami dampak negatif dari pemberian hadiah yang berlebihan, orang tua dapat lebih bijak dalam memberikan hadiah kepada anak-anak mereka.
Kurang Kreativitas
Anak-anak yang selalu dijanjikan hadiah cenderung kurang kreatif. Hal ini karena mereka terbiasa berpikir secara linier dan tidak mau mengambil risiko untuk mencoba hal-hal baru.
Contohnya, seorang anak yang selalu dijanjikan hadiah jika mendapat nilai bagus, lama-kelamaan akan belajar hanya untuk mendapatkan nilai bagus tersebut, bukan karena mereka ingin belajar dan memahami materi pelajaran. Mereka tidak akan mau bereksperimen dengan cara belajar yang baru atau mencoba menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda, karena mereka takut tidak mendapatkan hadiah jika mereka gagal.
Kurang kreativitas dapat berdampak negatif pada perkembangan anak dalam jangka panjang. Anak-anak yang kurang kreatif akan kesulitan untuk beradaptasi dengan perubahan, menemukan solusi untuk masalah, dan menghasilkan ide-ide baru.
Ekspektasi Tinggi
Anak-anak yang selalu dijanjikan hadiah cenderung memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap diri mereka sendiri dan orang lain. Hal ini karena mereka terbiasa mendapatkan apa yang mereka inginkan, sehingga mereka merasa bahwa mereka berhak mendapatkan yang terbaik.
Contohnya, seorang anak yang selalu dijanjikan hadiah jika mendapat nilai bagus, lama-kelamaan akan merasa bahwa mereka harus selalu mendapat nilai bagus. Jika suatu saat anak tersebut mendapat nilai jelek, mereka mungkin akan sangat kecewa dan marah.
Ekspektasi yang tinggi dapat berdampak negatif pada perkembangan anak dalam jangka panjang. Anak-anak yang memiliki ekspektasi yang tinggi cenderung lebih mudah stres, lebih mudah menyerah, dan lebih sulit untuk menerima kegagalan.
Perilaku Materialistik
Anak-anak yang selalu dijanjikan hadiah cenderung memiliki perilaku materialistik. Hal ini karena mereka terbiasa mendapatkan apa yang mereka inginkan, sehingga mereka merasa bahwa kebahagiaan dan kepuasan hanya bisa didapatkan melalui kepemilikan barang-barang materi.
Contohnya, seorang anak yang selalu dijanjikan hadiah jika mendapat nilai bagus, lama-kelamaan akan merasa bahwa kebahagiaan hanya bisa didapatkan melalui nilai bagus. Mereka akan fokus pada nilai bagus semata, dan tidak peduli dengan proses belajar atau pemahaman materi pelajaran. Mereka juga akan cenderung membandingkan diri mereka dengan orang lain berdasarkan kepemilikan barang-barang materi.
Perilaku materialistik dapat berdampak negatif pada perkembangan anak dalam jangka panjang. Anak-anak yang materialistik cenderung lebih egois, lebih sulit bersyukur, dan lebih sulit untuk bahagia.
Sulit Menghargai Proses
Anak-anak yang selalu dijanjikan hadiah cenderung sulit menghargai proses. Mereka terbiasa mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan mudah, sehingga mereka tidak belajar untuk menghargai usaha dan kerja keras.
Contohnya, seorang anak yang selalu dijanjikan hadiah jika mendapat nilai bagus, lama-kelamaan akan merasa bahwa nilai bagus adalah sesuatu yang mudah didapat. Mereka tidak akan mau belajar dengan tekun atau memahami materi pelajaran, karena mereka yakin bahwa mereka akan tetap mendapat hadiah meskipun mereka tidak berusaha.
Kesulitan menghargai proses dapat berdampak negatif pada perkembangan anak dalam jangka panjang. Anak-anak yang tidak menghargai proses cenderung lebih mudah menyerah, lebih sulit untuk mencapai tujuan, dan lebih sulit untuk mengatasi kegagalan.