Makanan kaleng adalah makanan yang diawetkan dengan cara dimasak dan ditutup rapat dalam wadah kedap udara. Makanan kaleng memiliki daya simpan yang lama dan mudah disimpan, sehingga menjadi pilihan yang praktis untuk persediaan makanan. Namun, makanan kaleng juga memiliki beberapa sisi negatif yang perlu diperhatikan.
Salah satu sisi positif makanan kaleng adalah harganya yang relatif murah. Makanan kaleng seringkali lebih murah dibandingkan dengan makanan segar atau beku. Selain itu, makanan kaleng juga memiliki daya simpan yang lama, sehingga tidak perlu khawatir akan cepat rusak.
Namun, makanan kaleng juga memiliki beberapa sisi negatif. Salah satunya adalah kandungan natrium yang tinggi. Makanan kaleng seringkali mengandung natrium yang tinggi, yang dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Selain itu, makanan kaleng juga seringkali mengandung pengawet dan bahan tambahan lainnya yang dapat berdampak negatif bagi kesehatan.
Secara keseluruhan, makanan kaleng memiliki beberapa sisi positif dan negatif. Meskipun harganya murah dan mudah disimpan, namun kandungan natrium yang tinggi dan bahan tambahan lainnya perlu diperhatikan. Oleh karena itu, sebaiknya konsumsi makanan kaleng dibatasi dan diimbangi dengan konsumsi makanan segar atau beku.
Sisi Positif Dan Negatif Makanan Kaleng
Makanan kaleng memiliki sisi positif dan negatif. Sisi positifnya antara lain:
- Praktis
- Tahan lama
- Harga terjangkau
Namun, makanan kaleng juga memiliki sisi negatif, yaitu:
- Tinggi natrium
- Mengandung pengawet
- Kurang nutrisi
Meskipun praktis dan tahan lama, konsumsi makanan kaleng sebaiknya dibatasi karena kandungan natrium dan pengawetnya yang tinggi. Sebaiknya konsumsi makanan kaleng diimbangi dengan konsumsi makanan segar atau beku yang lebih bernutrisi.
Praktis
Salah satu sisi positif makanan kaleng adalah kepraktisannya. Makanan kaleng tidak perlu dimasak, sehingga menghemat waktu dan tenaga. Selain itu, makanan kaleng juga mudah disimpan dan dibawa-bawa, sehingga cocok untuk dijadikan bekal atau persediaan makanan saat bepergian.
Sebagai contoh, saat kamu sedang berkemah atau mendaki gunung, makanan kaleng bisa menjadi pilihan makanan yang praktis dan mengenyangkan. Kamu tidak perlu repot-repot memasak, tinggal buka kaleng dan makanan siap disantap.
Namun, perlu diingat bahwa makanan kaleng juga memiliki beberapa sisi negatif, seperti kandungan natrium yang tinggi dan kurangnya nutrisi. Oleh karena itu, konsumsi makanan kaleng sebaiknya dibatasi dan diimbangi dengan konsumsi makanan segar atau beku.
Tahan Lama
Makanan kaleng memiliki daya simpan yang lama, sehingga tidak perlu khawatir akan cepat rusak. Makanan kaleng dapat disimpan dalam suhu ruangan selama bertahun-tahun tanpa mengalami pembusukan. Hal ini sangat praktis, terutama untuk persediaan makanan darurat atau untuk dibawa saat bepergian.
-
Contoh:
Makanan kaleng seperti sarden, tuna, dan kornet dapat disimpan hingga 5 tahun dalam suhu ruangan. -
Implikasi:
Makanan kaleng sangat cocok untuk persediaan makanan darurat, karena tidak mudah rusak dan dapat bertahan lama tanpa perlu didinginkan.
Harga terjangkau
“Makanan kaleng itu murah meriah, gak bikin kantong jebol!”
-
Contoh:
Makanan kaleng seperti sarden, tuna, dan kornet harganya lebih murah dibandingkan dengan ikan atau daging segar.
-
Implikasi:
Makanan kaleng cocok untuk dijadikan pilihan makanan saat keuangan sedang menipis.
Tinggi natrium
Makanan kaleng seringkali mengandung natrium yang tinggi. Natrium adalah mineral penting yang dibutuhkan oleh tubuh, namun konsumsi natrium yang berlebihan dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.
Contohnya, satu kaleng sarden kemasan 155 gram mengandung sekitar 400 mg natrium. Jumlah ini sudah memenuhi 20% dari kebutuhan natrium harian orang dewasa.
Oleh karena itu, konsumsi makanan kaleng sebaiknya dibatasi. Jika terpaksa mengonsumsi makanan kaleng, pilihlah makanan kaleng dengan kandungan natrium yang rendah.
Mengandung pengawet
Makanan kaleng biasanya mengandung pengawet untuk memperpanjang masa simpannya. Pengawet ini dapat berupa bahan alami seperti garam dan gula, atau bahan kimia seperti natrium benzoat dan kalium sorbat.
-
Contoh:
Natrium benzoat sering digunakan sebagai pengawet dalam makanan kaleng seperti saus tomat dan minuman ringan.
-
Implikasi:
Meskipun pengawet dapat membantu memperpanjang masa simpan makanan, namun beberapa pengawet dapat memiliki efek negatif pada kesehatan, seperti alergi dan hiperaktif pada anak-anak.
Kurang nutrisi
Makanan kaleng seringkali kurang nutrisi dibandingkan dengan makanan segar. Hal ini karena proses pengalengan dapat menghilangkan beberapa nutrisi, seperti vitamin dan mineral.
Contohnya, satu kaleng jagung kemasan 340 gram mengandung sekitar 10% dari kebutuhan vitamin C harian orang dewasa, sementara satu buah jagung segar berukuran sedang mengandung sekitar 30% dari kebutuhan vitamin C harian orang dewasa.
Oleh karena itu, konsumsi makanan kaleng sebaiknya diimbangi dengan konsumsi makanan segar atau beku yang lebih bernutrisi.